Semuanya berawal dari foto diatas ini yang saya terima dari whatsapp kiriman kang Adiluhung yang baik hati lagi tidak sombong itu. Apa kesan pertamanya? Wow.. keren.. pengelolaan sampah kok bisa serapih ini yah? bersih.. tertata apik dan teratur, padahal tempat sampah juga judulnya. Berikut dengan serentetan rombongan pertanyaan lainnya, itu apa? ini apa? kok gitu.. dan kok gini? mengapa begini? dan mengapa beginu?
Dan begitu banyak tanda tanya, hanya satu jawabannya.. datang aja ach, sekalian silaturahim dan minta sedekah dari gaji pejabat Adiluhung.Seminggu kemudian, kami berempat sudah mengatur waktu dan janjian ke lokasi yang judulnya "Bank Sampah KLH dan Pengolahan Sampah Domestik" yang dikelola oleh Kantor Kementrian Negara Lingkungan Hidup yang bermarkas di Jalan D.I. Panjaitan Kav. 24 Kebon Nanas, Jakarta Timur 13410.
Tidak ada Bau dan Lokasi Bersih
diterima dengan ramah oleh Bapak Ghozali dan Pak Sardi di lokasi pengolahan sampah. Kesan pertama, kok gak ada bau sampah sama sekali yah?, padahal ini dari awal yang bikin rada malas mengunjungi lokasi-lokasi macam ginian. Lebih menantang lagi, kebetulan lokasi pengolahan sampah sangat dekat dengan Masjid dan Kantin kantor.
Beberapa tumpukan sampah berbentuk kotak berjajar rapih di sebelah kanan dan kiri, di ujung bangunan difungsikan sebagai tempat untuk pengumpulan barang bekas layak jual, kertas kardus dan barang-barang dari plastik.
Memanfaatkan Bakteri Pengurai Aerob
Teknologi yang di gunakan untuk pengolahan sampah menjadi kompos ini memanfaatkan bakteri pengurai aerob (bakteri yang memerlukan udara dalam proses pembusukan). Saya sendiri tidak asing dengan metode ini karena punya pengalaman dengan proyek UDPK (Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos) yang di sponsori oleh Bank Dunia dan bekerja sama dengan Universitas Brawijaya Malang.
UDPK, adalah pengelolaan sampah skala komunal untuk daur ulang dan pembuatan kompos. Metode pengomposan yang diterapkan adalah menggunakan terowongan bambu (metode windraw) dengan maksud memanfaatkan bakteri pengurai aerob.Proses Pengolahan Sampah menjadi Kompos
Secara singkat dapat saya informasikan bahwa pengolahan sampah dengan metode ini adalah, sampah ditumpuk sesuai umur prosesnya dalam bentuk gundukan kotak (sesuai cetakannya) lalu dibalik secara berkala untuk memungkinkan proses aerob.
Lebih singkat tentang tahapan pengomposan, melalui beberapa tahapan proses yang harus dilakukan, secara berurutan mulai dari tahap pemilahan sampah, pengecilan ukuran (dengan mesin atau manual), penyusunan tumpukan, pembalikan rutin, penyiraman, pematangan, penyaringan akhirnya tahap terakhir adalah pengemasan.
Tips Singkat Pengomposan
Beberapa tips yang bisa di lakukan berdasarkan pengalaman selama 5 tahun Bapak Ghozali di Bank Sampah KLH dapat saya catat sebagai berikut:
- Sampah taman dan sampah dapur sebagai bahan utama proses pengomposan, agar tidak bau maka penempatan sampah dapur di bagian tengah tertutup dengan sampah taman.
- Semua proses yang dilakukan disini serba alami, bahkan tidak menggunakan bahan tambahan seperti EM (Effective Microorganisme) atau lainnya.
- Dibalik setiap 5-7 hari secara rutin dan rata-rata akan matang selama 25-30 hari.
Di akhir pertemuan pak Ghozali menambahkan, intinya proses pembuatan kompos itu sangat mudah, sama sekali tidak ada masalah, kalo anda sudah mulai dijamin pasti jadi kompos tuturnya dengan penuh keyakinan memberi semangat saya biar mau mulai... terima kasih pak atas semangatnya, semoga kunjungan ini tidak pernah sia-sia.
Yang masih bisa dijual lagi adalah bahan plastik dan kertas |
Dua Pejabat yang setia menjawab setiap pertanyaan kami |
mas, di "Bank Sampah KLH dan Pengolahan Sampah Domestik" kebon nanas, sampah yang diolah apa hanya sampah organik saja? untuk sampah anorganik bagaimana? pemanfaatannya spt apa, apakah dibuat kerajinan tangan?
BalasHapusIya kak Tina, kebetulan di Bank Sampah KLH ini cuman ngelola sampah organiknya aja. Sampah anorganik hanya dipilih kardus dan botol, gelas plastik yang bisa langsung dijual.
BalasHapusKalo untuk pemanfaatan menjadi kerajinan belum ada Kak.