paket wisata pulau harapan kepulauan seribu
[3][headline][slider-top-big][Head Line]
You are here: Home / , , , , , Menapak Jejak Perang Dunia II di Biak Kota

Menapak Jejak Perang Dunia II di Biak Kota

| 4 Comments


Situs Gua Jepang Binsari, Melihat langsung bukti sejarah terjadinya Perang Dunia II di Biak, salah satu tempat yang dapat memberikan informasi cukup lengkap dan dekat dengan kota adalah di Situs Gua Jepang, yang terletak sebelah barat kota, persisnya di desa Sumberker, Kabupaten Biak Numfor. Situs Gua Jepang, begitulah masyarakat luas menyebut dan mengenal tempat bersejarah ini, masyarakat setempat menamai gua ini dengan “Abiyau Binzar” yang berarti wanita tua karena menurut legenda, sebelum digunakan oleh tentara Jepang, gua tersebut pernah ditinggali oleh seorang wanita tua.



Berbeda dengan gua-gua Jepang pada umumnya, pada hampir seluruh Kabupaten Biak Numfor, gua yang dimanfaatkan oleh Jepang baik untuk perlindungan, pertahanan maupun gudang penyimpanan rata-rata adalah gua alam, gua yang terbentuk secara alami oleh proses Hidrologi Karst, sehingga dalam jangka waktu yang sangat lama terbentuklah lubang oleh aliran air.

Situs Gua Jepang yang saat ini dikelola oleh Yayasan Binsari dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun empat, dengan jarak tempuh sekitar 3 kilometer dari sebelah barat kota biak.

[Perjalanan berikutnya, menikmati pesona Anggrek khas biak di Taman Anggrek]

Taman Anggrek Alam




Taman Anggrek alam, dibangun oleh pemerindah daerah Biak Numfor untuk memenuhi koleksi hayati, lebih spesifik lagi untuk kekayaan dan keragaman jenis Anggrek yang dimiliki oleh Biak Numfor. Konsep taman dibangun seperti kita berjalan di Kebun Alam, tidak berbeda dengan Kebun Raya. Pengunjung bisa berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya, sambil menikmati keelokan dan keindahan bunga anggrek dari berbagai macam jenis lokal.

Lokasi Taman Anggrek Alam tidak jauh dari Gua Jepang Binsari, anda tinggal melanjutkan perjalanan menuju arah Pantai Paray, dari Gua Jepang jarak tempuh hanya 3 Km. Posisi Taman persis di pinggir jalan dengan ditandai oleh papan nama yang cukup jelas terlihat dari jalan raya.

[Monumen Perang Dunia II dan indahnya Patai Paray, masih dapat anda temui pada jalur perjalanan yang sama]

Monumen Perang Dunia II




Monumen Perang Dunia II ini dibangun atas kerja sama pemerintah Indonesia dan Jepang pada tanggal 24 Maret 1994, sebagai peringatan kepada setiap umat manusia atas kekejaman perang, dengan segala bentuk akibatnya agar tidak pernah terulang lagi.

Arsitektur monumen yang dirancang oleh Hiroshi Ogawa ini sangat unik dan mengandung banyak arti melalui simbol bangunannya. Sebuah lekukan menyerupai cangkang keong menjadi pelindung bagi 3 set meja lengkap dengan tempat duduknya, didepannya berbaris secara simetris dan teratur dua belas balok marmer, serasa mengawal kita membaca tulisan dalam bahasa indonesia, inggris dan jepang di monumen ini.

Terdapat sebuah lorong kecil berkelok tepat disamping monumen ini, untuk memasukinya anda harus melewati pintu kecil yang tidak setiap waktu terbuka. Dulunya lorong kecil tersebut adalah gua alam, yang berfungsi sebagai tempat persembunyian tentara Jepang saat diserang oleh tentara sekutu pada tahun 1994.

Setiap tahun pada musim liburan, selalu ada warga Jepang yang datang berombongan ke Biak Numfor khusus untuk mendoa
kan arwah para prajurit Jepang yang gugur dalam pertempuran. Biasanya mereka datang berdoa pada malam hari dengan membawa lilin.



[keindahan Pantai Paray, dapat anda nikmati dari depan Monumen ini]

Pantai Paray



Antara tahun 1919 dan 1945, pantai yang indah ini digunakan bangsa Jepang sebagai pusat kegiatan dagang mereka. Namun selama masa Perang Dunia II, tempat ini dipergunakan sebagai pusat kegiatan militer. Selain karena nilai sejarahnya, pantai ini juga berpasir putih dan berair jernih yang menjadikannya sebagai tempat yang ideal untuk berekreasi. Suasana di pantai ini sangatlah damai. Pantai Parai terletak 5 kilometer di sebelah barat Biak dan dapat dijangkau dengan mobil dalam waktu 15 menit.

Taman Burung dan Anggrek




Dibangun diatas tanah seluas 2 Ha di Desa Ruar Kecamatan Biak Timur. Taman Burung dan Anggrek merupakan kawasan pemeliharaan alam yang mengkoleksi berbagai macam jenis burung khas Papua seperti Cendrawasih, Beo dan burung endemik (asli) lainnya yang ada di Papua. Selain burung, koleksi lain Taman ini adalah tanaman Anggrek, disediakan dua sangkar besar yang memuat berbagai macam jenis anggrek lokal Papua.